Meninjau Efisiensi Penurunan Kadar CO2 oleh Living Moss Wall: Studi tentang Potensi dan Tantangan dalam Mengatasi Pencemaran Udara di dalam Ruangan

M Alif Fanani(1*), Dyah Ratri Nurmaningsih(2), Sulistiya Nengse(3)

(1) UIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. Ir. H. Soekarno, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya No. 682,Indonesia
(2) Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Islam Negeri SuUIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. Ir. H. Soekarno, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya No. 682,Indonesianan Ampel Surabaya
(3) UIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. Ir. H. Soekarno, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya No. 682,Indonesia
(*) Corresponding Author

DOI: https://doi.org/10.25077/dampak.20.2.55-62.2023
Copyright (c) 2023 M. Alif Fanani, Dyah Ratri Nurmaningsih,Sulistiya Nengse

Abstract


Indoor air pollution is dangerous for human health because almost 90% of human activity occurs indoors. An important factor when assessing indoor air quality is the concentration of carbon dioxide (CO2). Even at very low concentrations, it can have a marked effect on the health of those in it. The purpose of this study was to review the ability of moss used as a living wall to absorb CO2 and study its potential application in improving indoor air quality. In addition, this research will also identify challenges that may be faced in implementing living moss walls. This study used the true experimental method with a pretest and posttest control group observation design. The study was conducted by comparing CO2 levels from 2 white cigarette smoke with and without living moss wall in a prototype room made of glass with dimensions of 40 cm x 40 cm and 55 cm high.The research results show that the use of living moss wall as a solution to overcome indoor air pollution, especially CO2, cannot be separated from several obstacles that must be faced in its implementation. Living moss wall has a relatively low CO2 reduction efficiency value by using blumei’s moss (Macromitrium blumei). The use of a living moss wall must also pay attention to the suitability of the environment where it is installed so that the living moss wall can function properly.

Keywords: Living moss wall, carbon dioxide (CO2), indoor air pollution

 

 

ABSTRAK

 

Pencemaran udara dalam ruangan berbahaya bagi kesehatan manusia karena hampir 90% aktivitas manusia terjadi di dalam ruangan. Faktor penting dalam menilai kualitas udara dalam ruangan adalah konsentrasi karbon dioksida (CO2). Bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah, CO2 dapat memiliki efek yang signifikan pada kesehatan orang yang berada di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan lumut yang digunakan sebagai dinding hidup untuk menyerap CO2 dan mempelajari potensi aplikasinya dalam meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Selain itu, penelitian ini juga akan mengidentifikasi tantangan yang mungkin dihadapi dalam mengimplementasikan dinding lumut hidup. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen sejati dengan desain observasi kelompok kontrol pretes dan postes. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan tingkat CO2 dari asap rokok putih dengan dan tanpa dinding lumut hidup dalam sebuah ruangan prototipe yang terbuat dari kaca dengan dimensi 40 cm x 40 cm dan tinggi 55 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dinding lumut hidup sebagai solusi untuk mengatasi pencemaran udara dalam ruangan, terutama CO2, tidak dapat dipisahkan dari beberapa hambatan yang harus dihadapi dalam implementasinya. Dinding lumut hidup memiliki nilai efisiensi pengurangan CO2 yang relatif rendah dengan menggunakan lumut Macromitrium blumei. Penggunaan dinding lumut hidup juga harus memperhatikan kesesuaian lingkungan di mana dinding lumut hidup dipasang agar dapat berfungsi dengan baik.

Kata Kunci: Living moss wall, karbon dioksida (CO2), pencemaran udara dalam ruangan

      

Keywords


Living moss wall, carbon dioxide (CO2), indoor air pollution

Full Text:

PDF

References


A’yuningsih, D. (2017). PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR ANATOMI DAUN . Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta (hal. 103-108). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta .

Ghoustanjiwani A.P , Rio Kusmara, & Wahyu Yanuar. (2011). Teknologi Vertical Garden : Sustainable Design atau Hanya Sebuah Trend dalam Urban Life Style ? SEMINAR NASIONAL LIFE STYLE AND ARCHITECTURE , (hal. 580-589). Bandung.

Green City Solutions. (2022, Januari 22). The Solution. Dipetik Febuari 16, 2022, dari Green City Solutions :https://greencitysolutions.de/en/solution/problem-fine-dust/

Jayanti, A. V., Purnomo, E. P., & Nurkasiwi, A. (2020). Vertical Garden: Penghijauan untuk Mendukung Smart Living di Kota Yogyakarta. AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam, Vol.5 No.1.

Lukitasari, M. (2018). Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Deskripsi, Klasifikasi, Potensi dan Cara Mempelajarinya. Magetan: CV. AE MEDIA GRAFIKA.

Mukono, H. (2020). Analisis Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global. Surabaya: Airlangga University Press.

Petervoka, J., Magdaléna Michalčíková, Vítězslav Novák, Richard Slávik, Jiří Zach, Azra Korjenic, et al. (2019). The influence of green walls on interior climate conditions and human health. MATEC Web of Conferences 282, 02041.

Prabowo, K., & Burhan, M. (2018). Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan Penyehatan Udara. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Straub, F. D. (2021). Toxic Carbon Dioxide Exposures. PSJ Professional Safety, 24-34.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Torpy, F., M Zavattaro, & PJ Irga. (2017). Green wall technology for the phytoremediation of indoor air: a system for the reduction of high CO2 concentrations. Air Qual Atmos Health , 576-585.

Yatim, M. N., & Azman, N. I. (2021). Moss as Bio-indicator for Air Quality Monitoring at Different Air Quality Environment. International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) , 43-47.




Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.